I'm so excited when I get to post article like this. Beberapa orang menyebut saya sebagai feminist and I'm pretty much honored with it. Menurut saya, feminist itu adalah orang-orang (bukan hanya wanita sendiri) yang memperjuangkan hak-hak wanita sebagai manusia seutuhnya dan tidak ingin adanya diskriminasi gender disekitarnya. Equality gender is a hot issue right now bukan hanya karena ini menyangkut gender yang sudah lama diberatkan di sebelah pihak namun juga karena jaman sekarang adalah jaman demokrasi, jaman dimana kita semua bebas untuk mendapatkan hak yang sama tanpa mempermasalahkan gender.
Equality gender banyak dipergaungkan banyak pihak dan pria-pria juga banyak menginginkan equality gender karena tidak ingin melihat wanita yang diremehkan dengan kalimat khas "women belong in the kitchen".
"Well, we live longer then, karena disitulah pisau berada."
Itulah kalimat yang biasanya saya balas kepada mereka-mereka yang terlalu banyak meremehkan wanita dan saya sudah terlalu capek untuk memberi tahu mereka tentang equality gender.
I really make this expression
Namun permasalahan wanita yang selalu diremehkan is actually from women theirselves. Seperti contoh kecilnya yaitu di commuter line. Jika wanita berada di gerbong umum dan bukannya di gerbong khusus wanita yang terletak di gerbong paling depan dan paling belakang kereta, mereka akan mengeluhkan para pria yang tidak mau mengalah dan memberikan tempat duduk kepada mereka. Ya, walaupun Anda saat itu sedang hamil atau lansia, bolehlah untuk mengomel sedikit.
Dari persoalan ini, kita bisa melihat siapa sebenarnya yang merendahkan dirinya lebih dulu. Jika memang masih kuat dan tidak sedang sakit atau hamil atau apapun, apa salahnya berdiri karena kehabisan tempat duduk dan para pria memang tidak ingin memberikan tempat duduknya kepada kalian. I mean, kalo kalian berdiri seperti itu, itu adalah tanda bahwa Tuhan masih memberikan kalian fisik yang kuat untuk berdiri sepanjang perjalanan.
Selain itu juga, saat mengantri di sebuah tempat banyak wanita yang mengatakan "ladies first". Like, excuse me, ladies, tapi mereka (pria-pria) ini lebih dulu mengantri. Kalau memang tidak ada yang mendesak, apa salahnya mengantri seperti yang lainnya? Padahal mengantri ini tidak ada peraturannya dimana-mana bahwa wanita harus mengantri di depan pria-pria dan bukannya sebaliknya. Kemudian juga, kalimat "ladies first" ini terlalu banyak digunakan pada ocassions sepele dan akhirnya membuat wanita diberikan cap lemah dan cengeng walaupun nyatanya tidak semua wanita seperti itu. Kalau urusan perasaan, mungkin wanita mungkin lebih peka atau sejenisnya namun serius deh, perasaan dan kalimat "ladies first" itu benar-benar tidak ada hubungannya.
Saya mempunyai teman perempuan yang pada saat itu meminta seorang teman laki-laki saya untuk mengalah pada suatu permasalahan dan si laki-laki akhirnya mengalah. Namun beberapa menit kemudian si perempuan meributkan masalah bahwa mengapa harus laki-laki lebih dulu dan bukannya perempuan. Dan inilah ekspresi yang saya buat saat itu juga.
Expression 2.0
Maksud saya, okelah secara fisik kebanyakan laki-laki memang lebih kuat dibandingkan perempuan namun sangat tidak perlu untuk meminta belas kasih laki-laki untuk memdahulukan perempuan jika memang tidak ada hubungannya dengan gender. Jangan terlalu gampang untuk mengucapkan ladies first dan mulailah untuk memulai gerakan equality gender ini mulai dari diri sendiri. Jangan pula terlihat tidak mampu untuk melakukan apapun dan akhirnya menyuruh laki-laki untuk mengerjakan pekerjaan tersebut.
Dalam pekerjaan, banyak juga perempuan yang diperlukan berbeda dibandingkan laki-laki seperti contohnya lebih banyak laki-laki yang mendapat promosi sementara karyawan perempuan yang sudah bekerja lebih lama dilangkahi. Aturan mengenai mengendarai kendaraan yang hanya memperbolehkan pria untuk berkendara perlahan-lahan pun mulai punah karena pada suatu penelitian, didapatkan hasil bahwa pengendara wanita tercatat lebih aman dibandingkan pengendara pria. Menghancurkan persepsi yang selama ini ada.
Seperti contoh lainnya terjadi tidak lama sebelum saya mengulas topik ini. Seseorang yang lebih tua dari saya, perempuan, mengatakan bahwa ia akan menghabiskan seluruh uang yang ia miliki untuk bersenang-senang dan ia tidak ingin menabung untuk masa depannya. Saat saya tanya mengapa, ia hanya menjawab, "saya kan perempuan. Buat apa?" Saya benar-benar malas dengan tingkah laku perempuan yang berpikiran seperti itu dan hanya mengandalkan materi dari nafkah suami kelak. Apa salahnya menabung untuk masa depan? Apakah kalian benar-benar yakin akan mendapat suami yang akan memberikan nafkah yang banyak kepada kalian? Apakah kalian yakin bahwa suami kalian nanti akan berbaik hati dan tidak akan bersikap "ini kan duit kerja keras gue, lo ngapain ngatur-ngatur hidup gue."? Jika saat berkeluarga nanti kalian hanya mengandalkan suami, mereka bisa melakukan hal seenaknya kepada kalian dan mengurangi rasa hormat mereka kepada kalian. Jika kalian bisa bersikap bijaksana dan lebih cerdas dengan tidak hanya mengandalkan suami, mereka juga akan merasa hormat dan kagum kepada kalian.
Untuk pertanyaan apakah peran pria dan wanita sudah setara, saya akan mengatakan belum. Namun peran tersebut perlahan-lahan sudah memunahkan aturan yang lebih mengutamakan pria dan mengesampingkan wanita. Jika kita semua memperlakukan diri kita secara konsisten tentang bagaimana kita ingin dipandang, be like it, act like it.
Kita sebagai umat manusia hanya bisa menggunakan kodrat kita sesuai dengan jenis kelamin masing-masing. Jangan salahkan kata 'persamaan gender' dengan hal-hal menyimpang. Tetaplah berperilaku sesuai dengan semestinya. Equality gender yang kita semuai inginkan adalah tentang keadilan.
Sources:
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgF_NN0bFO_d8MnsxjNFzPFfhclFHHggXr4x9FF-F31GKNnBA1paq4oayp3i1qAWO-s7X38z51WMe7NVrDE9_hMPHbld3PkU86gC8Sir5DlCrWvdiZvQR8CIk8eXJsMItuBPLVStBeclUOc/s1600/funny-black-man-face-shocked-e1337411871915.jpg
https://pbs.twimg.com/media/BuaUXqSCIAEVeD9.jpg
http://www.adweek.com/files/adfreak/AdFreak%20new/autocomplete-truth2.jpg
Sources:
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgF_NN0bFO_d8MnsxjNFzPFfhclFHHggXr4x9FF-F31GKNnBA1paq4oayp3i1qAWO-s7X38z51WMe7NVrDE9_hMPHbld3PkU86gC8Sir5DlCrWvdiZvQR8CIk8eXJsMItuBPLVStBeclUOc/s1600/funny-black-man-face-shocked-e1337411871915.jpg
https://pbs.twimg.com/media/BuaUXqSCIAEVeD9.jpg
http://www.adweek.com/files/adfreak/AdFreak%20new/autocomplete-truth2.jpg
Tidak ada komentar:
Posting Komentar