Minggu, 13 Oktober 2013

Kebudayaan Indonesia

Indonesia adalah negara dengan predikat jumlah budaya terbanyak. Mulai dari bahasa daerahnya, rumah adat, pakaian adat, hingga jumlah pulaunya yang lebih dari 17.000. Berawal dari sinilah kita akan mengenal banyak budaya dan keanekaragamannya. Sayangnya dengan merambahnya proses globalisasi pada semua hal, maka budaya Indonesia pun tak luput dari dampak keberadaan globalisasi. Kita sudah berada di jaman modern dan berpikir hal yang simple adalah hal yang menarik dan harus kita ikuti, setidaknya itulah pendapat dari hamper seluruh kalangan muda di Indonesia. Kita tidak sadar bahwa budaya Negara kita sudah tergerus jaman satu-satu.
Dari pencarian yang saya lakukan di Google, ada sebuah artikel yang memuat daftar-daftar sejumlah budaya Indonesia yang diambil oleh pihak lain.
1.       Naskah Kuno dari Sumatera Barat oleh Pemerintah Malaysia
2.       Naskah Kuno dari Sulawesi Selatan oleh Pemerintah Malaysia
3.       Naskah Kuno dari Sulawesi Tenggara oleh Pemerintah Malaysia
4.       Rendang dari Sumatera Barat oleh oknum WN Malaysia
5.       Sambal Bajak dari Jawa Tengah oleh oknum WN Belanda
6.       Sambal Petai dari Riau oleh oknum WN Belanda
7.       Sambal Nanas dari Riau oleh oknum WN Belanda
8.       Tempe dari Jawa oleh beberapa perusahaan asing
9.       Tari Reog Ponorogo dari Jawa Timur oleh Pemerintah Malaysia
10.   Lagu Soleram dari Riau oleh Pemerintah Malaysia


Berikut adalah beberapa budaya Indonesia non fisik yang juga sudah tergerus jaman:

1.       Budaya cium tangan kepada orang tua, atau sering disebut juga ‘salim’. Cium tangan kepada orang tua merupakan kewajiban anak kepada orang tua saat ingin pergi ke sekolah/berpamitan ke tempat lain. Hal ini memiliki arti bahwa kita hormat kepada orangtua atau siapa pun yang lebih tua dari kita dan juga berterima kasih kepada mereka.

2.       Penggunaan tangan kanan. Di luar negeri mungkin tidak masalah dengan penggunaan tangan baik kanan atau kiri, tapi budaya kita menanamkan tangan kanan lebih baik daripada tangan kiri dalam baik dalam hal berjabat tangan, memberi dan/atau menerima, dan untuk makan.

3.       Budaya senyum dan sapa. Indonesia terkenal dimata dunia dengan keramahan penduduknya sehingga kita tidak boleh sampai melewatkan bagian penting yang satu ini.

4.       Yang terakhir budaya musyawarah dan gotong royong. Kegiatan ini sekarang sudah jarang bias kita temukan di Budaya yang sudah jarang ditemukan khususnya di kota-kota besar semisal Jakarta, Surabaya, Medan dan Bandung. Saat ini kebanyakan penduduk di kota besar hanya mementingkan egonya masing-masing, dan pura–pura tidak tahu. Cuek saat ada orang lain yang sedang kesusahan, pamer ini itu, dan bahkan suka main hakim sendiri.

Bisa kita perhatikan bahwa lebih dari 80% diambil oleh negara tetangga. Banyak alasan mengapa hal sepelik ini bisa terjadi pada negara kita. Banyak dari warga indonesia yang kurang peduli bahkan ada yang tidak peduli tentang budaya Indonesia. Hal ini karena terlambatnya dalam mematenkan suatu budaya dan benda - benda peninggalan zaman Indonesia dulu. Ketika budaya dan barang kebudayaan atau hasil buah tangan seniman Indonesia masih ada di Indonesia, banyak dari warga merasa budaya tersebut tidak berharga, tetapi ketika ada negara lain akan mengambil budaya tersebut dan kemudian hilang dari kita, barulah mereka merasa itu sangat berharga. Mungkin inilah yang disebut bahwa kita harus menghargai apa yang kita punya dan jangan mengeluh jika hal tersebut hilang karena ketidakpedulian kita sendiri.

Jika hal ini sudah terjadi dan memang sudah terjadi, hal terbaik yang bias kita lakukan adalah mulai mencintai budaya negera kita, memeplajarinya, dan mengembangkannya dengan cara menunjukkan kepada teman-teman kita. Sebagai contoh, orang Manado tidak harus selalu mempelajari budaya Manado saja tapi ia perlu mempelajari budaya di daerah Medan. Selain menambah wawasan, rasanya bangga sekali jika kita bisa ikut berperan dalam melestarikan budaya Indonesia.
Kita juga perlu memperbanyak sanggar-sanggar budaya di berbagai tempat sehingga mempelajarinya pun tidak akan terasa sulit.  Buatlah perlombaan  tari daerah misalnya, dengan hadiah yang menarik sehingga kalangan muda pun tertarik untuk ikut dan lama-lama akan tercemplung dengan keindahan budaya yang mereka minati.



Jumat, 04 Oktober 2013

Serius lo ngamen?

Seriously I have no idea what to write right now lol. I just feel sorry because postingan gue di blog ini cuma 2, tiga sih sama yang ini. Tapi kan tetep aja gak adil. Dua blog gue yang satu lagi alhamdulillah lumayan rame kan, walaupun gak serame 'itu'. So, I'll just write randomly about everything and nothing cuma supaya keliatannya blog gue gak kosong gitu deh hahaha.

Oya, gimana kabar reader gue??? u.u sok bet gue punya readers ye. HAHAHAHAHA. Well, I'm feeling good so far in this school. Ya walaupun short-term memory ini terus mengganggu gue dan gue bahkan gak inget nama hampir setengah anak di kelas gue. 

Hari-hari gue runs normal. Kayak gue tiap hari ngeliat pengemis yang sama, di tempat yang sama dan dengan pakaian yang sama pula setiap harinya. Mungkin baju jelekenya cuma itu kali ya makanya dia gak ganti-ganti baju lain. Oya, udah pada tau kan kalo hampir 70% pengemis yang ada di Indonesia ini sebenarnya gak bener-bener fakir miskin. Kebanyakan dari mereka bahkan adalah orang sukses di desanya. Punya rumah, mobil, you name it lah. 

Salah satu contohnya adalah cerita yang gue tau dari nyokap gue. Nyokap gue tau kalo ada pengemis pria di daerah Jakarta Selatan yang punya dua motor yang dia sewain buat jadi ojek. Kalo udah pulang ngemis dia akan ganti baju dengan baju yang lebih layak and rides home with one of that vehicle. So sad to know it. Ada juga seorang ibu-ibu gemuk yang selalu membawa dua anak kecilnya yang juga berbadan sehat dan gemuk daaaaan dia make perhiasan emas. Walau mungkin itu bukan emas asli dan cuma imitasi, at least kalo mau gaya pake mikir dikit lah. Lo mau ngemis tapi lo pake aksesoris yang bikin orang berpikir seribu kali lo pengemis beneran atau bukan. Kalo mau professional ya sekalian lah gak usah pake emas, kalo perlu ngegym biar badannya terkesan kurang makan dan butuh makan.

Ada juga yang ketangkep di berita dan 'pengemis' itu jujur kalo dia bisa dapat 700 ribu perharinya. Hanya dengan ngemis. HUAWAW! Semua orang berpenghasilan dibawah itu akan no doubt buat pindha haluan jadi 'pengemis'. 

Let's make it quick. Kita sebagai 'pemberi' itu juga harusnya jangan langsung iba dengan keadaan mereka yang udah cocok banget jadi pemain sinetron. Muka melas, kaki pincang, whatever. Akan lebih baik kalo kita (HUGE NEWS : TEMEN GUE NULIS PM KE TEMEN GUE YANG SATU LAGI KALO DIA SUKA SAMA TEMEN GUE ITU. PADAHAL KETEMU JUGA BARU SEMINGGU #okesip #abaikan) ngasih duit kita itu ke tempat yang seharusnya kayak dompet amal di tv-tv atau di kotak amal masjid. Selain lebih terarah, gak bakal ada lagi tuh pengemis-pengemis palsu lainnya. Gue sih gak bermaksud buat jangan ngasih duit lo ke mereka, it's your money. Do whatever you want. But, I say it again. We want it given to the right people. The one that really needs it.

Gue juga miris ngeliat anak-anak yang udah dibiarin hidup dijalanan buat ngamen atau ngemis juga. Bukannya sekolah buat masa depan mereka nantinya. Mereka berpenampilan gak sehat dan itu bikin gue yakin kalo UUD tentang perlindungan fakir miskin dan anak-anak terlantar yang katanya dipelihara negara itu gak kebukti. Mereka dipelihara oleh sekumpulan orang yang nyuruh mereka buat ngelakuin hal itu. Bisa preman setempat atau malah orang tua mereka sendiri.

Gue juga paling sebel kalo ngeliat anak-anak remaja atau yang masih kuat bekerja dan what they do for living is just, everybody say what??? Yes, ngamen. Mereka kenapa gak ngelamar jadi OB kantor, atau penjaga toko orang, atau tukang parkir toko, atau apapun yang membutuhkan tenaga buat ngedapetin duit yang bisa dipake mereka buat makan and stuff.

So, gue tau sih tulisan gue ini mungkin gak dibaca Bapak Jokowi tercinta :o tapi seenggakny ya gue turut sumbangsih lah dalam hal ngebacot, eh maksudnya berpendapat. Sukses!

Kamis, 03 Oktober 2013

TUGAS IBD 2013


A.    Kebudayaan adalah sebagai segala hal yang berkaitan dengan akal atau pikiran manusia, sehingga dapat menunjuk pada pola pikir, perilaku serta karya fisik sekelompok manusia. Sedangkan ahli antropologi yang memberikan definisi tentang kebudayaan secara sistematis dan ilmiah adalah E.B. Tylor dalam buku yang berjudul “Primitive Culture”, bahwa kebudayaan adalah keseluruhan kompleks yang di dalamnya terkandung ilmu pengetahuan lain, serta kebiasaan yang didapat manusia sebagai anggota masyarakat.
Pada sisi yang agak berbeda, Koentjaraningrat mendefinisikan kebudayaan sebagai keseluruhan manusia dari kelakuan dan hasil kelakuan yang teratur oleh tata kelakuan yang harus didapatkanya dengan belajar dan yang semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat. Berikut pendapat beberapa ahli mengenai pengertian kebudayaan.
1.      Edward B. Taylor
Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang didalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adap istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat oleh seseorang sebagai anggota masyarakat.

2.      Ki Hajar Dewantara
Kebudayaan berarti buah budi manusia adalah hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat, yakni zaman dan alam yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran didalam hidup dan penghidupannya guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib dan damai.

Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.


C. Kluckhohn dalam karyanya Universals Categories of Culture memaparkan ada tujuh unsur kebudayaan yang dianggap cultural universals, yaitu sebagai berikut.

1.     Sistem kepercayaan (sistem religi).
Setiap masyarakat memiliki keyakinan terhadap hal-hal bersifat religi, bahkan pada masyarakat atheis (tidak percaya adanya Tuhan) sekali pun.

2.       Sistem pengetahuan.
Setiap masyarakat mempunyai sistem pengetahuan yang mungkin berbeda-beda pada setiap masyarakatnya.

3.       Peralatan dan perlengkapan hidup manusia.
Setiap masyarakat juga memiliki pakaian, perumahan, alat-alat rumah tangga, alat-alat produksi, senjata, dan sebagainya.

4.       Mata pencaharian dan sistem-sistem ekonomi.
Dalam masyarakat selalu ada mata pencaharian atau sistem ekonomi, seperti pertanian, peternakan, sistem produksi, sistem distribusi, dan sebagainya.

5.       Sistem kemasyarakatan.
Setiap masyarakat biasanya memiliki kemasyarakatan, di antaranya, sistem kekerabatan, organisasi politik, sistem hukum, dan sistem pekawinan.

6.       Bahasa, baik lisan maupun tulisan.
Masyarakat mana yang tidak memiliki bahasa? Tentunya tidak ada masyarakat yang tidak memiliki bahasa, baik bahasa lisan maupun tulisan.

7.       Kesenian, baik seni rupa, seni suara, maupun seni lainnya.
Setiap masyarakat mempunyai berbagai macam seni yang tentunya berbeda dengan masyarakat lainnya.


B.     Menurut saya, kita hidup di jaman globalisasi modern dimana semua hal yang kita temui adalah perpaduan dari berbagai macam budaya di sekitar kita. Untuk itu kita perlu mengetahui pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah manusia dan kebudayaan disekeliling kita.

Usaha untuk mengembangkan kepribadian mahasiswa tujuan tersebut IBD diharapkan dapat:
a.       Mengusahakan kepekaan mahasiswa terhadap lingkungan budaya, sehingga mereka lebih mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru.

b.      Memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk memperluas pandangan mereka tentang masalah kemansiaan dan budaya serta mengembangkan daya kritis mereka terhadap persoalan-persoalan yang menyangkut kedua hal tersebut.


c.       Mengusahakan agar mahasiswa, sebagai calon pemimpin bagnsa dan Negara serta ahli dalam bidang disiplin masing-masing tidak jatuh ke dalam sifat-sifat kedaerahan dan pengarahan disiplin yang ketat.

d.      Menguasahakan wahana komunikasi para akademisi agar mereka lebih mampu berdialog satu sama lain. Dengan memiliki satu bekal yang sama, para akademisi diharapkan akan lebih lancar dalam berkomunikasi.


e.       Sebagai bekal penting untuk pergaulan hidup. Manusia merupakan makhluk individu, yang berarti manusia tidak bisa hidup sendiri dan selalu membutuhkan bantuan orang lain.

f.       Perlu bersikap luwes dalam pergaulan setelah mendalami jiwa dan perasaan manusia serta mau tahu perilaku manusia. Dalam bergaul haruslah menjaga sikap dan sifat kita agar terjalinnya hubungan yang harmonis.


C.     Saya, sebagai mahasiswa jurusan teknik industri meyakini bahwa pelajaran ibd sangatlah menguntungkan bagi kami untuk menjajaki dunia pekerjaan dikemudian hari. Mahasiswa teknik industri diharapkan bisa menjadi entepreneur di bidang manufaktur dimana kita akan membuat barang mentah atau barang jadi sekalian namun tentu dengan memperhitungkan banyak hal.

Bukan hanya soal keuntungan dan cara mengelolanya, kita juga perlu mengetahui sejauh mana kreasi barang yang kita hasilkan akan dikenal luas, salah satunya melalui jenis barang tersebut. Kita tidak mungkin menghasilkan barang yang akan menjadi kontroversi karena model barang tersebut yang terlihat rasis. Tidak mungkin kita membuat, contohnya, sebuah kursi dengan corak yang menurut kita unik  namun memberikan arti negatif di suatu daerah.

Artinya, kita perlu berhati-hati dalam menghasilkan sebuah barang pada pabrik usaha kita. Jumlah budaya yang banyak tentunya malah membuat kreatifitas kita tidak terbatas.  Namun juga memberikan tugas tambahan untuk berhati-hati dalam berkarya agar tidak menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan.

Maka dari itu, kita mempelajari perbedaan kebudayaan disekitar kita secara telaten dan bisa menyampur budaya tersebut secara pas dan bukannya membuat rasis semakin terkenal.


http://anwarabdi.wordpress.com/2013/04/07/ibd-pengertian-kebudayaan/
http://yanuirdianto.wordpress.com/2013/03/10/96/
http://stayonpeace.wordpress.com/2012/10/19/mengapa-mahasiswa-harus-belajar-ilmu-budaya-dasar/