Kamis, 16 Oktober 2014

Efek Urbanisasi terhadap Kehidupan Masyarakat Diperkotaan

Urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota. Dewasa ini, sudah banyak sekali penduduk desa-desa yang akhirnya pindah ke kota-kota besar dengan alasan ingin mendapatkan pekerjaan dan ingin menjadi sukses. Anggapan salah ini akhirnya terus merambah hingga ke pelosok dan menyebabkan arus urbanisasi yang melonjak melebihi perkiraan. Bahkan banyak dari mereka hanya bermodalkan nekat tanpa memiliki informasi lebih lanjut mengenai kota yang akan mereka tinggali dan tanpa informasi akan melakukan apa setelah mencapai kota impian mereka.

Kota impian para penduduk desa tentu saja adalah Jakarta. Sebagai ibukota Indonesia, Jakarta memang memiliki segalanya termasuk kemewahan dan keglamoran yang tak akan bisa selesai dikunjungi satu persatu. Satu lagi alasan yang digunakan para penduduk desa untuk mendatangi kota-kota besar. Jika kita teliti lebih lanjut, kita bisa menentukan siapa sajakah penduduk desa yang baru mendatangi kota lewat penampilan mereka. No offense, namun mereka terlihat lebih heboh dibandingkan penduduk kota yang asli. Pakaian mereka yang mencolok tentu saja berawal dari alasan bahwa di kota harus berpakaian bagus namun bagus menurut mereka malah terlihat sebaliknya oleh penduduk kota.

Pergerusan jaman yang membuat penduduk kota menjadi lebih banyak dan meninggalkan desa dengan penduduk yang semakin hari semakin sedikit, memberikan pengaruh kepada para penduduk kota seperti sikap atau kelakukan mereka yang berlebihan dan tidak wajar, penampilan yang terlalu mencolok, meresahkan para penduduk kota.

Para penduduk desa pada awalnya pasti akan merasa kaget dengan keadaan di kota sehingga mereka terlihat berlebihan dalam menanggapi hal-hal yang biasa terjadi di kota namun tidak bisa di desa. Contohnya seperti di mall. Kita bisa menebak bahwa seorang anak remaja berasal desa jika dia tiba-tiba ingin memotret setiap inchi dari mall tersebut lewat kamera ponsel atau kamera sakunya.

Tidak lupa dengan keresahan yang ditimbulkan. Banyak para penduduk desa yang akhirnya tidak mendapatkan pekerjaan impian mereka ketika sampai di kota, membuat mereka akhirnya melakukan pekerjaan serabutan, mengamen di jalan, menjadi preman atau menjadi tukang palak. Mereka tidak ingin pulang ke desa karena merasa malu dengan kenyataan bahwa mereka belum sukses di kota.


Selain itu, desa juga jadi semakin sepi. Keadaan desa yang tenang dan sepi menjadi benar-benar hilang atau malah membuat desa menjadi terlalu sepi karena penduduknya sudah banyak yang pergi. Desa adalah salah satu tempat penting untuk menjalani hidup bagi penduduk desa dan penduduk kota. Siapa yang akan membajak sawah jika penduduk desa sudah tidak ada lagi? Siapa yang akan menyuplai pasokan hasil kebun jika penduduk desa sudah tidak ada lagi? Hal ini membuat penduduk desa dan penduduk kota saling membutuhkan sehingga kita sebaiknya tidak seenaknya melempar lelucon tentang “kampungan”. Memangnya kenapa kalau dari kampung? Salah? Memangnya orang kota yang paling benar? 

Dukungan Sosial Komunikasi terhadap Perkembangan Mental Individu

Individu pada dasarnya memiliki kondisi mental yang berbeda-beda. Mental sendiri merupakan sesuatu yang bersangkutan dengan batin dan watak manusia, yang bukan bersifat badan atau tenaga. Belum lagi dengan kenyataan bahwa mental seseorang bisa dengan mudahnya diubah menjadi entah untuk menjadi lebih baik atau malah menjadi lebih buruk. Seseorang yang memiliki sifat rendah diri termasuk pribadi yang memiliki mental diri rendah pula. Hal ini dikarenakan ia terbiasa untuk menyimpan perasaannya sendiri dan tidak dibagikan kepada orang lain yang mengakibatkan seseorang tersebut bisa dengan mudahnya dirombak mentalnya oleh orang lain yang memiliki kekuasaan lebih besar dibanding dirinya.

Oleh karena itu, untuk mengubah keadaan psikologi seperti ini, diperlukan adanya komunikasi yang baik antara setiap individu dengan individu lainnya seperti orang tua, teman, atau mungkin guru pembimbing. Komunikasi yang baik tidak perlu saling memberi kabar yang berlebihan setiap menitnya, namun berupa komunikasi yang sehat yang secara rutin saling mengobrol ringan untuk menghilangkan perasaan tegang selama seharian bekerja atau sibuk dengan kegiatan apapun. Jika kita perhatikan sehari-hari, kita bisa menebak kondisi mental seseorang dari ekspresi wajah dan gerakan tubuhnya. Para karyawan yang pulang kantor pada sore hari tentu memiliki kondisi mental yang berbeda dengan para karyawan freelance yang bisa pulang kerja kapanpun mereka mau. Untuk mengatasinya, kita memerlukan setidaknya satu orang yang bisa kita jadikan tempat curhat untuk menceritakan kejadian menarik atau menyebalkan apa saja yang kita alami setiap harinya.

Komunikasilah yang membuat manusia menjadi semakin manusia karena manusia pada dasarnya adalah makhluk social yang membutuhkan interaksi antar sesamanya. Sebenarnya ada dua alasan seseorang tidak menceritakan kejadian hari ini kepada orang lain yaitu antara dia adalah orang yang pemalu dan menganggap bercerita tidak penting atau dia memang sedang malas dan lapar. Faktor yang kedua bisa diabaikan karena itu merupakan alasan mendesak dan tidak terduga sedangkan faktor pertama adalah alasan dari semua pertanyaan membingungkan, “kenapa sih orang itu gak pernah ngobrol apa-apa?”.

Sebagai contoh, saya mempunyai teman SMA berinisial MR, dia merupakan orang yang selalu terlihat aneh di sekolah. Dia hanya mempunyai satu orang teman sejak kelas 10 dan kemudian saya baru mengetahui bahwa kedua orang tuanya merupakan orang sibuk dan dia hanya mempunyai satu orang adik perempuan yang masih balita. Bisa dibayangkan betapa sepinya keadaan rumah dan tidak mempunyai teman yang bisa diajak bercerita.



Dengan alasan inilah, kita sangat memerlukan teman. Kita memerlukan mereka bukan hanya kita merasa cocok dengan mereka, namun mereka juga sangat berperan penting dalam membangkitkan mood dan semangat pada diri kita. Akhir kata, komunikasi merupakan faktor utama yang menjadi penentu perkembangan mental setiap individu. 

Check http://blahtherapy.com/ to get a chance to help people or to be helped by people by sharing stories